Alex Cien, namanya sempat mencuat sebagai salah satu pengoplos esen yang disegani. Awalnya ikut mengusung merek RedBaboon, yang merupakan salah satu esen premium dikalangan para pemancing galatama, galapung, dan pelampungan ikan mas.
Meskipun harganya di atas rata-rata, esen oplosannya banyak diminati. Bayangkan ketika merek lain menjual sekitar Rp40 ribu-Rp150 per botol 30 ml, RedBaboon dijual Rp400 ribu (seri ajib) dan Rp600 ribu (seri legend) yang dipasarkan secara online via facebook dan WA Group.
Sebenarnya merek RedBaboon awalnya dikembangkan ayah angkatnya lebih dari 10 tahun lalu, hanya saja pergerakannya lambat dan hanya beredar di Bandung, mengingat penjualannya hanya dilakukan secara offline dengan harga Rp60 ribu per botol ukuran 30 ml.
Berbeda dengan RedBaboon yang Alex jual harganya lebih mahal. Karena, ia hanya membeli dasarannya dan diolah lagi, sehingga kualitasnya semakin bagus. “RedBaboon sempat booming ketika saya mulai jual via Facebook dan WA Group yang saya bentuk,” kenang pemilik nama asli Tjhin Yu Chien.
RedBaboon tinggal kenangan bagi pria kelahiran Bandung, 26 Juli 1982. Pasalnya, seiring berjalannya waktu, pertengahan tahun lalu, Alex dan ayah angkatnya tidak sejalan dan akhirnya Alex pun memilih mundur dari RedBaboon. “Ada komitmen yang dilanggar,” katanya tanpa bersedia menceritakan masalahnya.
Bagi anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Tjhin Yin Fong (Papa Harley) dan Lim Wan Ing, pergulatan mengolah esen bukan hal yang baru. Selain pengalamannya dari hobi mancing, didukung dengan latarbelakang pendidikan yang sangat menunjang yaitu Program S1, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Parahyangan, Bandung dan Program S2, Saint and Technology, di University of Bonn, Jerman.
Tanpa berpikir lama, setelah meninggalkan RedBaboon suami dari Novi Intan Sari, mengembangkan merek baru King Frog (KF). “Nama ini anjuran putri semata wayangnya (Cecillia Regal Chen), karena putri saya suka sekali dengan kodok, dan mulai dipasarkan sejak 2 bulan lalu,” katanya.
Diakui Alex, King Frog yang dijual Rp500 ribu (harga normal) dan Rp350 ribu (harga saat promo) per botol ukuran 30 ml saat ini sudah memiliki 8 varian seperti Strawberry Mix, Sarikaya, SH (Suntikan Hanyir), Daun Suji, Jeruk Usar, Kapri, Raja Kopi, dan Cream. “Ini varian-varian yang saya ciptakan sendiri. Untuk esen King Frog, target saya hanya ingin sampai 15 varian saja, agar konsumen tetap fokus terhadap 1-2 varian,” kata Alex.
Diakui Alex, esen yang ia jual terhitung mahal, bahan-bahan yang digunakan langka dan sebagian harus impor. Mengingat harga esen impor lumayan tinggi, serta biaya pengirimannya pun sangat mahal. Karena ia pun memilih bahan esen terbaik, mengingat akan berpengaruh pada kualitas dan aroma serta masa waktu yang panjang sehingga tidak akan basi atau expired, karena benar-benar memakai bahan murni. “Apalagi King Frog dibuat
berdasarkan keilmuan, sehingga lebih akurat dan bahan-bahannya yang digunakan lebih bagus dengan grade tinggi,” tuturnya.
Alex menambahkan kelebihan King Frog dibanding merek lain, selain menggunakan bahan impor, tidak ada expired, karena menggunakan bahan-bahan alami didestilasi.
Selain itu, aroma esen King Frog menyegarkan dan tidak tajam baunya, dibuat berdasarkan pengalaman dan disertai ilmu kimia yang dipelajari dan tidak menyontek orang lain, ramah
lingkungan dan tidak membuat kolam pemancingan rusak.
Alex menuturkan untuk menjual oplosan essennya, hanya secara online via FB. Sedangkan secara offline ia pun aktif mancing dan bertemu dengan komunitas pemancing. Selain itu, ada juga pelanggan yang posting di media online, sehingga orang-orang melihat dan dari mulut ke mulut menyebar oplosan yang ia buat banyak direkomendasi para pemancing.
Diakui melalui pemasaran words of mouth (dari mulut ke mulut) orang lebih percaya dan melihat langsung bukti dari produknya. “Kekuatannya sangat besar karena itu berdasarkan testimoni dari pelanggan itu sendiri,” katanya.
Selain esen, Alex pun mencoba mengembangkan pelet yaitu pelet super dan pelet racing dengan merek King Frog. “Pelet yang saya jual tidak ada dipasaran, karena ini home made dan buatan saya sendiri. Tapi esen tetap yang menjadi andalan utama,” katanya.
Sebagai pemancing kawakan, Erlan Haryana yang biasa disapa Wak Haji Erlan, mengakui esen oplosan Alex sangat membantu bagi para pemancing untuk menyalurkan hobinya. Karena esennya berkualitas ikan bisa dengan cepat berkumpul dan pemancing bisa mendapatkan ikan dengan mudah.
Diakui Wak Haji Erlan yang telah lama mengenal Alex, bahan esen yang Alex pakai berkualitas super dan dengan perhitungan serta ilmu, sehingga menjadikan oplosan esen yang sangat bagus dan aroma berbeda dengan yang lain.
Ia menyarankan, agar King Frog mengeluarkan esen
botol kecil (10 ml) yang harganya bisa terjangkau oleh pemancing yang dananya terbatas, sehingga semua golongan bisa menikmati esen King Frog.
Sedangkan untuk harga ukuran botol 30 ml, sangat kompetetif, karena harga yang ditawarkan sebanding dengan kualitas yang ditawarkan.
Ia menyarankan untul distribusi, sebaiknya dilakukan Alex sendiri
karena belajar dari pengalaman Alex dan saya lihat sendiri banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan, jadi lebih baik sendiri.
Meskipun, Alex memiliki pengalaman dan kemampuan dalam mengoplos esen, diakuinya bisnis esen tidak bisa dijadikan penghasilan utama, karena bisnis ini angin-anginan dan hanya sementara. “Saya aktif mengelola pabrik plastik yang terhitung besar di Bandung milik keluarga,” katanya.
Padahal berbekal ijasah S2 dari Jerman masih bisa berkarir sebagai profesional, bahkan ia pernah bekerja di perusahaan Kimia dan juga instansi pemerintah. “Hanya saja saya tidak betah, karena jam kerjanya sangat menyita waktu dan tidak ada kebebasan, meskipun dibayar sampai 2 digit,” katanya.(*).
(DN-JMI)
Jurus Kang Ito Besarkan Djempol, 313 dan Pelangi
16 tahun bukan waktu yang singkat bagi Sumaryono yang lebih beken dengan nama Kang Ito untuk menekuni bisnis umpan dasar...